Minggu, 12 April 2015

Sistem Manajemen Basis Data (Managament Database System)

Makalah
Sistem informasi manajemen
“Sistem Manajemen Basis Data”


Nama Kelompok :
1.    Anggie Dennyswara S          1210205426
2.    Selviah Wijayanti                 1210205427
3.    Iin Maulidiyah                      1210205449
4.    Rizky Adiputra                      1210205454
5.    Bimo Dwi Prakoso                1210205455


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Tahun Ajaran 2014-2015




5.     Sistem Manajemen Basis Data (Managament Database System)


                5.1      Organisasi Data
Komputer pada awalnya digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan kalkulasi angka yang rumit dan membosankan. Masalah-masalah ini membutuhkan sedikit input dan output. Dewasa ini, perusahaan membutuhkan jumlah input dan output yang sangat besar. Perusahaan sering kali membutuhkan komputer untuk memecahkan masalah yang sama, dengan input yang berbeda dan berulang-kali.
Perusahaan menyimpan data dengan jumlah yang besardi sistem informasi berbasis komputernya hanya karna perusahaan tersebut melakukan begitu banyak transaksi bisnis. Agar dapat menggunakan data dan terhindar dari kekacauan, konsep “data” telah dipecah dan dikurangi menjadi konsep-konsep yang lebih kecil. Konsep-konsep data yang lebih kecil akan menyediakan balok-balok pembangun yang dapat dikombinasikan untuk menghasilkan kembali data awal dalam suatu bentuk yang terorganisasi dan dapat di akses.

1.      Hierarki Data
Data bisnis secara tradisional telah diorganisasikan kedalam suatu hierarki field-field data yang bergabung untuk membentuk record, danrecord yang bergabung untuk membentuk file. Field data adalah unit data yang terkecil ; mencerminkan jumlah data terkecil yang akan ditarik dari komputer pada satu waktu. Contoh field data dapat berupa kode untuk mata kuliah yang sedang anda ambil. Record adalah suatu field-field data yang saling berhubungan. File adalah koleksi record yang saling berhungan, seperti satu filedari seluruh record yang berisi field kode-kode mata kuliah dan namanya. “Literasi Sistem Informasi” adalah nilai-nilai dari field kode dan uraian mata kuliah untuk record yang pertama.
Basis data adalah sekumpulan file. Definisi umum dari dasis dataadalah bahwa basis data merupakan kumpulan dari seluruh data berbasis komputer sebuah perusahaan. Definisi basis data yang lebih sempit adalah bahwa basis data merupakan kumpulan data yang berada di bawah kendali peranti lunak sistem manajemen basis data.

2.      Spreadsheet sebagai Basis Data Sederhana
            Tabel yang berisi baris dan kolom dapat disajikan dalam suatu spreadsheet. Karena banyak pengguna telah mengenal spreadsheet, ia dapat digunakan untuk  mencerminkan field-field data, sedangkan judul kolom berisi nama-nama field data,. Baris-baris dalam tabel berisi nilai-nilai field.
            Struktur basis data relasional (relational database structure), sercara konseptual serupa dengan sekumpulan tabel-tabel yang saling berhubungan.





3.      Flat Files

             File datar adalah suatu tabel yang tidak memiliki kolom-kolom yang berulang. Kolom-kolom yang berulang melanggar persyaratan bagi flat file. Alasan dari sebuah tabel harus menjadi flat file adalah karena komputer membaca field-field data dari suatu record secara berurutan. Suatu flat file, yang tidak membuat kolom-kolom yang berulang, berisi urut-urutan field data yang konstan ya ng dibutuhkan oleh manajemen basis data. Alasan kedua untuk flat file adalah bahwa ia memungkinkan struktur basis data relasionalmuntuk dinormalisasi. Normalisasi (normalization)adalah suatu proses formal untuk menghapus field-field data yang berulang (redundant) sambil tetap menjaga kemampuan basis data untuk menambah, mengubah, dan menghapus tanpa menyebabkan kesalahan. Normalisasi berada diluar fokus utama dari sistem manajemen berbasis data.

4.       Field-field kunci
            Kunci KEY di dalam suatu tabel adalah satu field (atau kombinasi field) yang berisi satu nilai yang secara unik mengidentifikasi  masing-masing record di dalam tabel. Ini artinya bahwa setiap baris dalam tabel akan teridentifikasi secara unik. Satu field dalam banyak kasus dapat menjadi kunci bagi suatu tabel. Hanya mampu membedakan antara dua atau tiga baris saja tidaklah cukup; nilai kunci harus unik untuk kesulurahan tabel.
            Kandidat kunci (KEY Kandidat) adalah sebuah field yang secara unik mengidentifikasi masing-masing baris. Namun, field kode-lah yang di pilih untuk menjadi kunci. Nilai-nilai yang lebih panjang (seperti field uraian versus field-field kode) akan dihindari, karena nilai field yang panjang akan memiliki resiko salah ketik dalam menulis nilai field kunci yang lebih tinggi.






                5.3      Menggunakan Basis Data (database)

              Struktur basis data adalah cara data diorganisasi agar pemorosesan data menjadi lebih efisien. Kemudian diimplementasikan melalui sistem manajemen basis data. Sistem manajemen basis data (DBMS) adalah suatu informasi piranti lunak yang menyimpan struktur basis data, data itu sendiri, hubungan diantara data didalam basis data, dan nama-nama formulir, jenis-jenis data, angka dibelakang desimal, jumlah karakter, nilai-nilai default, dan seluruh uraian field lainnya.

1.      Struktur basis data hirerarkis

Sistem basis data IDS mengikuti suatu struktur basis data hierarkis. Struktur hierarakis ini dibentuk oleh kelompok-kelompok data, subkelompok, dan beberapa subkelompok. Struktur hierarkis untuk basis data pada awalnya populer karena ia bekerja denga baik pada sistem pemrosesan transaksi yang melakukan tugas-tugas seprtai pengendalian persediaan, entri pesanan, piutang, dsan utang dagang. Alasan lain adalah karena struktur hierarkis memanfaatkan suber daya komputer secara efisien, khususnya ketika sebagian besar record didalam basis data akan digunakan di dalam suatu aplikasi. Ketika para manajer hanya menginginkan sedikit record terpilih saja dari sejumlah besar record di dalam basis data, struktur hierarkis menjadi tidak efisien. Hal ini karena setiap record basis data hierarkis memiliki satu field yang menunjuk opada alamt penyimpanan dari record logis berikutnya didalam basis data.

1.      Struktur basis data jaringan

Struktur basis data jaringan dikembangkan untuk memungkinkan penarikan record-record tertentu. Secara konseptual, stiap record dalam basis data dapat menunjuk ke semua record lain di dalam basis data, tetapi rentang kemungkinan koneksi yang begitu lebar ini juga merupakan kelemahan dari penerapan struktur jaringan pada masalah-masalah praktis.

2.      Struktur basis data relasional

Jika struktur hierarakis dan jaringan mengandalkan diri pada relasi fisik (physical relationship)di dalam bentuk alamat-alamat penyimopanan, relasi dalam struktur basis data relasional adalah implisit. Relasi impisit (implicit relationship) dapat secara tidka langsung bersal dari data. Ketika terdapat satu field (kolom) data yang sama dalam dua tabel, maka record (baris) dari kedua tabel tersebut akan dapat digabungkan ketika nilai-nilai field datanya sama. Struktur mirip tabel dari sistem manajemen basis data relasional adalah sebuah format yang dapat dipahami dengan cepat oleh manajer maupun staf prefesional.



5.3      Menggunakan Basis Data (database)
                Kita biasanya berinteraksi dengan sebuah basis data dari sebuahkomputer pribadi meskipun data tersebut berada ditempat lain dalam jaringan. Formulir, laporan, dan query adalah metode-metode umum yang dipergunakan untuk mengakses basis data yang disimpan dalam suatu sistem manajemen basis data.

1.      Laporan dan formulir
Perbedaan terbesar antara formulir dan laporan adalah dalam formatnya. Formulir atau (forms) secara tipikal menampilkan satu record saja dalam satu waktu dan tidak memberikan ikhtisar data serta biasanmya tidak melakukan agregasi data dari banyak tabel basis data. Perlu dicatat bahwa formulir memiliki kemampuan ini namun jarang dipergunakan. Perbedaan terbesar antara formulir dan laporan adalah bahwa formulir dapat digunakan untuk menambah, menghapus, atau memodifikasi record-record basis data.

a.       Navigasi
Pengguna dapat melakukan navigasi dari record berikutnya dengan mempergunakan baris navigasi yang berada dibagian bawah formulir.


b.      Akurasi 
Formulir akan menjalankan definisi field data yang telah ditentukan ketika basis data dibuat. Definisi-definisi tersebut dapat menentukan nilai-nilai valid tertentu, rentang data untuk nilai-nilai numerik, dan aturan-aturan ;lain yang mendukung akurasi.
c.       Konsistensi
      Hal yang sangat penting ketika nilai-nilai field dalam satu tabel dipergunakan untuk menggabungkan record-nya ke tabel yang lain. Jika seorang pengguna salah memasukkan nilai field, maka artinta record tersebut tidak akan dapat digabungkan ke tabel-tabel  yang lain.
d.   Penyaringan
pengguna mungkin ingin menyaring record yang ingin menyaring record yang ingin dilihat dengan menggunakan formulir ini. Setiap field dalam formulir dapat digunakan  sebagai saringan (filter). Penyaringan membantu mengatasi kelebihan informasi. Ia juga dapat membatasi akses seorang pengguna terhadap data di dalam basis data jika ada beberapa record tertentu yang ingin dirahasiakan.

d.      Subformulir
terdapat dua baris navigasi, satu untuk formulir , dan satu untuk sub formulir. Entri-entri ke dalam subformulir  secara otomatis akan duhubungkan dengan record formulir. Subformulir membantu menjaga keakuratan dan konsistensi yang dibutuhkan dari data.

2.  Laporan (reports)
Merupakan data teragregasi dari basis data yang di format dengan cara yang akan membantu pengambilan. Satu asumsi dibuat oleh penghasil laporan yaitu jika tidak terdapat detail pada record tingkat Terendah, maka record tingkat yang lebih tinggi untuk detail tersebut hendaknya tidak perlu ditampilkan.

3. Query
Merupakan suatu permintaan kepada basis data untuk menampilkan record-record yang dipilih.

4.  Bahasa Query Terstruktur
Adalah kode yang digunakan oleh sistem manajemen basis data relasional  untuk mengerjakan pekerjaan –pekerjaan basis datanya.

5.  Pemrosesan Basis data lanjutan
Pemrosesan Analisis online telah menjadi hal yang semakin umum dalam peranti lunak sistem manajemen basis data.




5.4  Menempatkan Sistem Manajemen Basis Data (Management Database System) dalam    Prespektif
     Sistem manajemen basis data memungkinkan kita membuat sebuah basis data, memelihara isinya dan menyebarkan data kepada khalayak pengguna yang luas tanpa harus mempergunakan pemrogaman komputer yang berbiaya mahal .
     Setiap sisi teknologi informasi memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing sistem manajemen basis data juga demikian :

A.    Keuntungan DBMS

1.      Mengurangi Pengulangan data
     Dengan cara mengurangi jumlah data yang akan dikurangi, dan dibandingkan ketika file-file komputer disimpan secara terpisah untuk setiap aplikasi komputer
2.      Mencapai independensi data
     Spesifikasi data disimpan dalam basis data itu sendiri daripada disetiap program aplikasi
3.      Mengambil data dan informasi dengan cepat
     Sistem manajemen berbasis data itu sendiri yang memberikan alat-alat seperti QBE dan SQL untuk mengakses data.
4.      Keamanan yang lebih baik
     Baik DBMS mainframe maupun komputer mikro dapat memiliki tingkat pengamanan keamanan yang berlapis seperti kata sandi, direktori pengguna, dan enkipsi

B.    Kerugian DBMS

1.    Membeli peranti lunak yang mahal
          DBMS berbasis komputer mikro, meskipun harganya hanya beberapa ratus dolar, dapat menjadi pengeluaran yang sangat besar bagi sebuah organisasi kecil.
2.    Mendapatkan konfigurasi peranti keras yang besar
          Meningkatnya jumlah pengguna yang didorong oleh kemudahan penggunaan dapat menyebabkan pada meningkatnya jumlah sumber daya komputer untuk mengakses basis data
3.    Memperkerjakan dan memelihara staf DBA

         DBMS menuntut pengetahuan khusus agar dapat memanfaatkan secara penuh kemampuannya. Pengetahuan khusus ini paling baik diberikan oleh administrator basis data.



Daftar Pustaka :
Leod.Raymon.MC,Jr.GEorge.Sistem informasi manajemen.Edisi 10 : SALEMBA 4





Rabu, 01 April 2015

Pengembangan Sistem

Sistem informasi manajemen
“ Pengembangan Sistem”


Nama Kelompok :
1.    Anggie Dennyswara S          1210205426
2.    Selviah Wijayanti                 1210205427
3.    Iin Maulidiyah                      1210205449
4.    Rizky Adiputra                      1210205454
5.    Bimo Dwi Prakoso                1210205455










Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Tahun Ajaran 2014-2015









4. PENGEMBANGAN SISTEM
     4.1 Pendekatan Sistem
           A.         Pengertian 
     Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berintraksi untuk mencapai suatu tujuan. Pendekatan sistem adalah serangkaian tahapan tahapan pemecahan masalah yang setiap langka di pahami dan menghasilkan sebuah solusi alternatip  di pertimbangkan dan solulusi yang di pilih dapat di terapkan
     Di dalam sebuah perusahaan manajer  berperan penting dalam pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.sistem konseptual adalah suatu sistem pemecahan masalah yang terdiri dari manajer ,informsi dan standart.2 elemen yang lain masuk dalam peroses perubahan masalah menjadi solusi (solusi alternatif dan kendala).

B.        Tahapan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan sistem
     1. Upaya Persiapan
     Mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah dengan menyediakan orientasi sistem. Upaya persiapan terdiri dari beberapa langkah :
a. Melihat perusahaan sebagai suatu sistem
b. Mengenal sistem lingkungan
c.  Mengidentifikasikan subsistem perusahaan
     2. Upaya Definisi
Mencakup mengidentifikasi masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya. Upaya definisi terdiri atas dua langkah :
a. Melanjutkan dari tingkat sistem ke tingkat subsistem
b. Menganalisis bagian-bagian sistem dalam suatu urutan-urutan tertentu
                 3. Upaya Solusi
Mencakup mengidentifikasi berbagai solusi alternatif, mengevaluasinya, memilih satu yang tampak terbaik, menerapkan solusi itu dan membuat menindaklanjuti untuk menyakinkan bahwa masalah itu terpecahkan. Upaya solusi terdiri dari beberapa langkah :
                        a. Mengidentifikasikan solusi-solusi alternatif
                        b. Mengevaluasi solusi-solusi alternative
                        c. Memilih solusi yang terbaik
                        d. Mengimplementasikan solusi
                        e. Menindaklanjuti untuk memastikan bahwa solusi tersebut efektif


     

     4.2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem

SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) atau Systems Life Cycle (Siklus Hidup Sistem), dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana (planning), analisis (analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance).

Dalam rekayasa perangkat lunak, konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak.

Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan prototyping (life cycle using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).


Tahap-Tahap SDLC

Tahap Perencanaan
Pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan sestem informasi apa yang akan dikembangkan, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, jangka waktu pelaksanaan serta mempertimbangkan dana yang tersedia dan siapa yang melaksanakan.
Tahap perencanaan menjadi penting karena:
  • Permasalahan yang sebenarnya didefinisikan dan diidentifikasikan secara rinci Misalnya, pada pembangunan SI permasalahan-permasalahan yang melingkupinya didefinisikan, seperti penciptaan alur data dan informasi yang efisien, prosedur transaksi dan penyajian informasi secara komunatif pada layar monitor. Selanjutnya, perlu merumuskan tentang kasus-kasus bisnis yang ingin diselesaikan dan total investasi TI yang akan disediakan. Setelah itu,perlu disusun rencana aksi yang konkret termasuk perencanaan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan, pembangunan dan penyebarannya
  •  Pembangunan SI harus diarahkan pada peningkatan keunggulan kompetitif.
  •  Perubahan aliran informasi akan terjadi secara besaran-besaran di dalam organisasi.
  •  Implementasi teknologi komputer akan membawa dampak bagi tenaga kerja di dalam organisasi.
Beberapa keuntungan dari Perencanaan SI berbasis komputer, adalah:
  • Meningkatkan komunikasi antara manajer, pemakai dan pembuat.
  • Meningkatkan efektifitas penggunaan sumber daya organisasi.
  • Mendukung komunikasi untuk pertanggungjawaban kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun departemen.
  • Mendukung proses evaluasi.
  • Memungkinkan para manajer untuk mengelola pembangunan system jangka panjang.

Untuk pengembangan sistem yang relatif besar, biasanya dibentuk suatu tim yang terdiri dari manajemen, user, dan staf ahli teknologi informasi. Tim tersebut ada yang berfungsi sebagai tim pengarah (steering committee) yang berfungsi untuk menyetujui atau menolak suatu proyek pengembangan system informasi.


Perencanaan sistem dimulai setelah adanya usulan baik dari intern maupun ekstern, kemudian dilanjutkan dengan keputusan manajemen. Bila manajemen menyetujui rencana atau usulan tersebut akan disusun suatu kerangka acuan kerja dan anggaran. Setalah kerangka acuan kerja dan anggaran telah ditetapkan, akan ditunjuk konsultan pelaksana (intern atau ekstern) untuk mengajukan proposal. Proposal ini akan dievaluasi untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak atau tidak untuk dilanjutkan.

Usulan
Usulan perubahan sistem dari internal biasanya berisi:

1.      Adanya permasalahan yang dihadapi sistem yang lama seperti biaya operasional yang tinggi.
2.      Pembuatan order yang sering terlambat dan laporan yang tidak up to date.
3.      Penyempurnaan terhadap sistem yang ada seperti efisiensi atau kontrol.
4.      Keputusan Manajemen
Usulan-usulan tersebut harus mendapat persetujuan dari manajemen karena menyangkut biaya, perubahan system kerja (uraian kerja dan tanggung jawab), keamanan data, hubungan dengan pelanggan .

Kerangka acuan kerja
Setelah mendapatkan persetujuan dari manajemen, selanjutnya akan dibentuk tim yang dapat terdiri dari devisi-devisi yang terkait untuk menyusun kerangka acuan kerja yang menyangkut :
1.      latar belakang
2.      Maksud dan tujuan
3.      Sasaran proyek
4.      Ruang lingkup pekerjaan
5.      Jangka waktu pelasanaan
6.      Prioritas pekerjaan
7.      Anggaran (Dana)
Berdasarkan kerangka acuan kerja diatas , disusunlah anggaran / dana untuk hardware, software, pelatihan SDM, pemeliharaan dan cadangan untuk keperluan yang tidak terduga.
Ø  Penunjukan tim pelaksana
Setelah semua kegiatan diatas diketahui, selanjutnya diputuskan apakah pengembangan sistem informasi akan dilakukan oleh perusahaan atau oleh pihak konsultan. Setelah menetapkan pelaksana, diminta untuk memasukkan proposal pelaksanan sistem informasi sesuai dengan kerangka acuan kerja. Proposal tersebut akan dievaluasi untuk menetapkan apakah proyek tersebut layak dilaksanakan atau tidak.

Ø  Menilai kelayakan proyek
Penilaian kelayakan proyek mencakup kelayakan operasional, teknis dan ekonomis. Dalam praktek, yang dominan dinilai umumnya aspek ekonomisnya (dana).

Ø  Kelayakan Operasional
Menyangkut apakah secara operasional sistem yang baru dapat dilaksanankan dengan sumber daya manusia yang tersedia dan metode training yang ditawarkan, pelayanan purna jual / pemeliharaan serta efisiensi dan efektifitas system baru
Ø  Kelayakan Teknis
Menyangjut apakah radware / software yang akan dikembangkan tersedia, jadwal pelaksanaan serta sistem keamanan data.
Ø  Kelayakan ekonomis
Menyangkut biaya untuk membuat dan menjalankan sistem baru serta keuntungannya yang akan diperoleh dari sistem tersebut.
Ø  Tahap Analisis
Tahap Analisa sistem merupakan kegiatan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikannya

Ø  Mengidentifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah awal dari analisa sistem. Dalam tahap ini didefinisikan masalah yang harus dipecahkan dengan munculnya pertanyaan yang ingin dipecahkan.

Ø  Memahami Kerja Sistem yang Ada
Langkah ini dilakukan dengan mempelajari secara rinci bagaimana sistem yang sudah ada berjalan. Untuk mempelajari operasi dari sistem ini diperlukan data yang dapat diperoleh dengan melakukan penelitian terhadap sitem.



Ø  Menganalisis Sistem
Berdasarkan data yang sudah diperoleh maka dilakukan analisa hasil penelitian yang sudah dilakukan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang akan dipecahkan

Ø  Membuat Laporan
Laporan perlu dibuat sebagai dokumentasi dari penelitian. Tujuan utamanya adalah sebagai bukti secara tertulis tentang hasil analisa yang sudah dilakukan.

Pada tahap ini tim pembuat sistem akan menganalisis permasalahan lebih mendalam dengan menyusun suatu studi kelayakan. Menurut Mc. Leod terdapat 6 dimensi kelayakan :

·         Kelayakan teknis adalah menganalisis ketersediaan perangkat keras, perangkat lunak dan organisasi untuk melaksanakan proses yang diperlukan.
·         Pengembalian ekonomis adalah menganalisis manfaat, penggunaan dan potensi pengembalian secara ekonomis dari pembangunan sistem itu. Dengan memantau sejauh mana penghematan dapat dilakukan, maka peningkatan pendapatan dan kemampulabaan dapat diperoleh sehingga perusahaan dapat merasakan manfaat nyata dari pembangunan SI tersebut.
·         Pengembalian non-ekonomis adalah menganalisis manfaat, penggunaan, potensi dan keuntungan-keuntungan yang tidak dapat diukur secara finansial, seperti ketersediaan informasi yang akurat dan up to date setiap saat, citra perusahaan, moral karyawan, layanan konsumen yang semakin memikat dan penguatan posisi perusahaan terhadap para pesaingnya.
·         Hukum dan etika adalah menganalisis apakah sistem yang dibuat akan beroperasi dengan batasan hukum dan etika pada umumnya dan kultur perusahaan pada khususnya.
·         Operasional adalah menganalisis apakah sistem dapat diimplementasikan. Hal ini menyangkut analisis terhadap tempat lingkungan dan sumber daya manusia yang akan mengoperasikannya. Untuk memperoleh informasi yang tepat dari para pemakai, baik dari sisi perusahaan maupun dari sisi konsumen, fapat digunakan model kuesioner. Hal-hal yang berkaitan langsung dengan para pemakai antara lain model antarmuka yang interaktif dan komunikatif, prosedur pengoperasian dan lain sebagainya.
·         Jadwal adalah menganalisis apakah mungkin dalam keterbatasan waktu yang ada, sistem tersebut dapat disusun dan diselesaikan




Studi Kelayakan juga harus dilakukan terhadap Faktor-faktor berikut ini agar pemodelan sistem informasi dapat digunakan dalam lingkup yang tepat:
·         Kelayakan organisasi adalah sejauh mana organisasi mendukung dan memprioritaskan pembangunan SI? Tanpa dukungan yang penuh, SI tidak dapat terbentuk.
·         Memilih kelompok bisnis atau pasar sasaran mana yang akan menjadi tujuan penetrasi produk-produk yang akan dipasarkan. Pasar sasaran yang dipilih berarti juga menentukan siapa pemakai sistem tersebut kelak setelah jadi.
·         Melihat kemungkinan-kemungkinan permodalan adalah besarnya modal yang dapat dihimpun tentu akan mempengaruhi perancangan kinerja sistem. Bila modal yang tersedia besar, maka diperkirakan sistem yang dibangun sudah melibatkan teknologi-teknologi terkini.
·         Tingkat kompetisi produk harus dapat dideteksi dengan baik. Tingkat kompetisi akan mempengaruhi pembangunan sistem. Oleh karena itu, pembangunan sistem harus dilakukan dengan berorientasi pada pemakai, karena pemakailah yang akan memberi penilaian terhadap sistem dalam lingkungan kompetisi yang sangat ketat.
·         Sistem harga. Apakah dalam melakukan transaksi, harga produk didasarkan pada ketentuan yang sudah ditetapkan atau ada aturan-aturan pemberian diskon atau bahkan terjadi tawar-menawar. Pemodelan sistem harga ini tentunya akan menentukan model pemasukan data dalam sistem.


Desain Sistem
Analisis sistem digunakan untuk menjawab pertanyaan what ?
Desain sistem digunakan untuk menjawab pertanyaan how ?
Desain berkonsentrasi pada bagaimana sistem dibangun untuk memenuhi kebutuhan pada fase analisis
Manfaat desain sistem adalah memberikan gambaran rancang bangun (blue print) yang lengkap, sebagai penuntun (guideline) bagi programmer dalam membuat aplikasi
·         Sistem informasi yang terkomputerisasi setidaknya terdiri dari:
·         Hardware: terdiri dari komponen input, proses, output, dan jaringan
·         Software: terdiri dari sistem operasi, utilitas, dan aplikasi
·         Data: mencakup struktur data, keamanan dan integritas data
·         Prosedur: seperti dokumentasi, prosedur sistem, buku petunjuk operasional dan teknis
·         Manusia: pihak yang terlibat dalam penggunaan sistem informasi
·         Beberapa hal yang dilakukan dalam desain sistem adalah:
·         Pemodelan sistem
·         Desain Basis data
·         Desain Aplikasi
·         Desain Perangkat Keras/Jaringan
·         Desain Jabatan/Deskripsi Pengguna


Pembuatan Sistem
Buatlah aplikasi berdasarkan rancangan yang telah dibuat Selain aplikasi, buatlah juga buku panduan penggunaan aplikasi agar mudah saat melakukan training pada saat implementasi.
Lakukan testing aplikasi, diantaranya:
·         Testing performa
·         Testing program logic / sintaks
·         Testing implementasi bisnis rules
·         Testing faktor manusia
·         Testing bisnis proses / prosedur
·         Testing efisiensi input
·         Testing ouput
·         Implementasi Sistem


Sebelum implementasi, lakukanlah persiapan secara matang mengenai perangkat keras, perangkat lunak, ruangan dan fasilitas pendukung lainnya.
Beberapa hal yang juga penting diperhatikan dalam implementasi sistem adalah:
1.      Konversi
Biasanya diperlukan konversi dari sistem lama ke sistem baru, apalagi jika sebelumnya juga telah menggunakan aplikasi terkomputerisasi
2.      Pelatihan
Lakukan pelatihan secara menyeluruh untuk setiap pihak yang menggunakan. Jangan lupa lakukan sosialisasi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam sistem namun tidak menggunakan aplikasi sistem secara langsung.
3.      Testing Penerimaan
Lakukan testing selama periode tertentu sebagai proses belajar.
4.      Pemeliharaan Sistem
Tahapan pemeliharaan sistem mencakup seluruh proses yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan, kelancaran, dan penyempurnaan sistem yang telah dioperasikan. Beberapa hal yang harus dilakukan:
5.      Pemantauan pengoperasian
Libatkan tim pengembang untuk memantau secara langsung pada waktuwaktu tertentu mengenai bagaimana pihak-pihak pengguna mengoperasikan sistem yang dibuat.
6.      Antisipasi gangguan kecil (bug)
Biasanya selalu ada gangguan kecil dalam suatu aplikasi yang baru dikembangkan.
Lakukan penyempurnaan
7.      Antisipasi faktor-faktor luar
Virus, kerusakan/kehilangan data, atau sistem diakses oleh pihak luar


     4.3 Prototyping

Proses pengembangan sistem seringkali menggunakan pendekatan prototipe(prototyping). Metode ini sangat baik digunakan untuk menyelesesaikan masalah kesalahpahaman antara user dan analis yang timbul akibat user tidak mampu mendefinisikan secara jelas kebutuhannya (Mulyanto, 2009).

Prototyping adalah pengembangan yang cepat dan pengujian terhadap model kerja (prototipe) dari aplikasi baru melalui proses interaksi dan berulang-ulang yang biasa digunakan ahli sistem informasi dan ahli bisnis. Prototyping disebut juga desain aplikasi cepat (rapid application design/RAD) karena menyederhanakan dan mempercepat desain sistem (O'Brien, 2005).

Sebagian user kesulitan mengungkapkan keinginannya untuk mendapatkan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Kesulitan ini yang perlu diselesaikan oleh analis dengan memahami kebutuhan user dan menerjemahkannya ke dalam bentuk model (prototipe). Model ini selanjutnya diperbaiki secara terus menerus sampai sesuai dengan kebutuhan user.

            B.        Jenis-Jenis Prototipe
                 Terdapat dua jenis ptototipe : evolusioner dan persyaratan.

1.      Prototipe Evolusioner (evolutionary prototype)

Terus menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Prototype ini kemudian dilanjutkan produksi. Jadi, satu prototype evolusioner akan menjadi sistem aktual.
Empat langkah dalam pembuatan suatu ptopotipe evolusioner 
:
a.       Mengidentifikasi kebutuhan pengguna
     Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari sistem

b.      Membuat satu prototype
     Pengembang mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk membuat prototype. Contoh dari alat-alat prototyping adalah generator aplikasi terintegrasi dan toolkit prototyping. Generator aplikasi terintegrasi adalah sistem peranti lunak yang mampu mambuat seluruh fitur yang diinginkan dari sistem baru-menu, laporan, tampilan, basis data, dst. Toolkit prototyping meliputi sistem-sistem peranti lunak terpisah, seperti spreadsheet elektronik atau sistem manajemen basis data, yang masing-masing mampu membuat sebagian dari fitur-fitur sistem yang diinginkan.

c.       Menentukan apakah prototype dapat diterima
     Pengembang mendemonstrasikan prototype kepada para pengguna untuk mengetahui apakah akan menggunakan hasil yang memuaskan. Jika ya, langkah 4 akan diambil ; jika tidak, prototype direvisi dengan mengulang kembali langkah 1,2,3 dengan pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan pengguna.

d.      Menggunakan prototype
         Prototype menjadi sistem produksi.
     Pendekatan ini mugkin untuk dilakukan hanya ketika alat-alat prototyping memungkinkan prototype untuk memiliki seluruh unsure yang penting dari sistem yang baru.

2.      Prototipe Persyaratan (requirements prototype)
     Dikembangkan sebagai satu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru ketika pengguna tidak mampu mengungkapkan dengan jelas apa yang mereka inginkan. Dengan meninjau prototype persyaratan seiring dengan ditambahkannya fitur-fitur, pengguna akan mampu mendefinisikan pemrosesan yang dibutuhkan dari sistem yang baru. Ketika persyaratan ditentukan, protopype persyaratan telah mencapai tujuannya dan proyek lain akan dimulai untuk pengembangan sistem baru. Oleh karena itu, suatu protopype persyaratan tidak selalu menjadi sistem aktual. 
Tiga langkah yang diambil dalam membuat sebuah prototype evolusioner :

a.       Membuat kode sistem baru
Pengembang menggunakan prototype sebagai dasar untuk pengkodean sistem yang baru.

b.      Menguji sistem baru
     Pengembang menguji sistem.

c.       Menentukan apakah sistem yang baru dapat diterima
Pengguna memberitahukan kepada pengembang apakah sistem dapat diterima. Jika ya, langkah 4 akan diambil ; jika tidak, langkah 1 dan 2 diulang kembali.


d.      Membuat sistem baru menjadi sistem produksi

C.        Daya Tarik Prototyping

Pengguna maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan-alasan dibawah ini :
1.      Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna
2.      Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan kebutuhan pengguna
3.      Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem
4.      Pengembang dan pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit dalam mengembangkan sistem
5.      Implementasi menjadi jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa yang diharapkan
Keuntungan-keuntungan di atas memungkinkan prototyping memangkas biaya pengembang dan meningkatkan kepuasan pengguna atas sistem yang diserahkan.

            D.        Potensi Kesulitan dari Prototyping

Prototyping bukannya tidak memiliki potensial kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
1.      Terburu-buru dalam menyerahkan prototype dapat meyebabkan diambilnya jalan pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternative, dan dokumentasi. Jalan pintas ini akan menciptakan usaha-usaha yang “cepat dan kotor”
2.      Pengguna dapat terlalu gembira dengan ptototype yang diberikan, yang mengarah pada expektasi yang tidak realistis sehubungan dengan sistem produksi nantinya.
3.      Prototype evolusioner bisa jadi tidak terlalu efisien
4.      Antarmuka computer-manusia yang diberikan oleh beberapa alat prototyping tertentu kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik desain yang baik
      Baik pengguna maupun pengembang hendaknya mewaspadai potensi kesulitan-kesulitan diatas ketika mereka memilih untuk melaksanakan pendekana prototyping. Namun, jika seimbang, prototyping telah terbukti menjadi salah satu metodologi SDLC yang paling berhasil. Sulit untuk menemukan satu proyek pengembang yang tidak menerapkan sedikit prototyping di dalamnya.   

E.          Kelebihan dan Kekurangan Prototyping

     Keunggulan prototyping adalah :
1.      Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
2.      Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
3.      Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan sistem.
4.       Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
5.      Penerapan menjadi lebih  mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya

     Kelemahan prototyping adalah :
1.      Pelanggan tidak melihat bahwa perangkat lunak belum mencerminkan kualitas perangkat lunak secara keseluruhan dan belum memikirkan peneliharaan dalam jangka waktu yang lama.
2.       Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek sehingga menggunakan algoritma dan bahasa pemrograman sederhana.
Hubungan pelanggan dengan komputer mungkin tidak menggambarkan teknik perancangan yang baik.

     4.4 Pengembangan Aplikasi Cepat (RAD)

            A.        Pengertian
     Satu metodologi yang memiliki tujuan yang sama dengan prototyping, yaitu memberikan respons yang cepat atas kebutuhan pengguna, namun dengan lingkup yang lebih luas adalah RAD. Istilah RAD, pengembangan aplikasi cepat diperkenalkan oleh konsultan computer dan penulis James Martin, dan istilah ini mengacu pada suatu pengembangan siklus hidup yang dimaksudkan untuk memproduksi sistem dengan cepat tanpa mengorbankan mutunya.
     RAD adalah kumpulan strategi, metodologi, dan alat terintegrasi yang terdapat di dalam suatu kerangka kerja yang disebut rekaya sa informasi. Rekayasa informasi adalah nama yang diberikan Martin kepada keseluruhan pemdekatan pengembangan sistemnya, yang ia perlukan sebagai suatu aktivitas perusahaan secara menyeluruh. Istilah perusahaan digunakan untuk menjabarkan keseluruhan perusahaan.
B.        Unsur-unsur penting RAD
     RAD membutuhkan empat unsur penting yaitu :
1.      Manajemen
     Khususnya manajemen puncak, hendaknya menjadi penguji coba yang suka melakukan hal-hal dengan cara baru atau pengadaptasi awal yang dengan cepat mempelajari bagaimana cara menggunakan metodologi-metodologi baru.
2.      Orang
     Daripada hanya memanfaatkan satu tim untuk melakukan seluruh aktivitas SDLC, RAD menyadari adanya efisiensi yang dapat dicapai melalui penggunaan tim-tim khusus. Anggotanya dari tim ini adalah para ahli dalam metodologi dan alat yang dibutuhkan utuk melakukan tugas-tugas khusus mereka masing-masing.
3.      Metodologi
     Metodologi dasar RAD adalah siklus hidup RAD.
4.       Alat-alat
     Alat-alat RAD terutama terdiri atas bahasa-bahasa generasi keempat dan alat-alat rekayasa peranti lunak dengan bantuan komputer yang memfasilitasi prototyping  dan penciptaan kode. Alat-alat CASE menggunakan computer untuk membuat dokumentasi yang dapat diubah menjadi peranti lunak dan basis data operasional.


4.5 Menempatkan SDLC tradisional, Prototyping, dan RAD dalam perspektif

A.        Pengertian
     SDLC tradisional adalah suatu penerapan pendekatan sistem terhadap masalah pengembangan sistem, dan memiliki seluruh unsure-unsur pendekatan sistem dasar, diawali dari identifikasi masalah dan diakhiri dengan penggunaan sistem.
      Prototyping merupakan bentuk singkatan dari pendekatan sistem yang berfokus pada definisi dan pemenuhan kebutuhan pengguna.
     RAD merupakan suatu pendekatan alternative terhadap fase-fase desain dan implementasi desain dan implementasi SDLC.
     Istilah BPR digunakan untuk pendekatan yang memanfaatkan penggunaan teknologi ini sepenuhnya. Prototyping, RAD, dan pengembangan berfase dapat digunakan di dalam suatu proyek BPR untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan cara terbuka.
B.        Alat-alat Pengembangan Sistem
     Pendekatan sistem dan berbagai siklus hidup pengembangan sistem adalah metodologi yang direkomnadasikan dalam memecahkan masalah sistem. Metodologi sama seperti sebuah cetak biru yang digambar oleh arsitektur untuk memandu para kontraktor, tukang kayu, tukang pipa, ahli listrik, dan sejenisnya ketika mereka membangun sebuah rumah. Sama hal nya seperti metodologi yang memandu para pengembang sistem ketika mereka membuat sistem.


     4.6  Pembuatan Keputusan

A.        Pengertian
Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
1.       Keputusan terprogram/keputusan terstruktur
     keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Contoh: keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
2.      Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur
     keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3.      Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur
     keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang terjadi.
B.        Proses pembuatan keputusan
1.      Pemahaman dan perumusan masalah
Manajaer harus menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang seharusnya dipecahkan.
2.      Pengumpulan dan analisa data yang relevan
Setelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat.
3.      Pengembangan alternatif
Pengembangan alternatif memungkinkan menolak kecendrungan membuat keputusan yang cepat agar tercapai keputusan yang efektif.
4.      Pengevaluasian terhadap alternatif yang dipergunakan 
Menilai efektivitas dari alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan dan sumber daya organisasi dengan alternatif yang realistik serta menilai seberapa baik alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.
5.      Pemilihan alternatif terbaik
Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan ketidaksempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6.      Implementasi keputusan
Manajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan meng alokasikan sumber daya yang diperlukan, serta menugaskan wewenag dan tanggung jawab pelaksana tugas, dengan mempewrhatikan resiko dan ketidakpastian terhadap keputusan yang diambil.

                C.            Pembuatan Keputusan Kelompok
     Banyak manajer merasa bahwa keputusan yang dibuat secara kelompok, seperti panitia lebih efektif karena mereka memaksimumkan pengetahuan lain. Berbagai kebaikan dan kelemahan pembuatan keputusan secara kelompok :
Kebaikan :
1.      Dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan jumlah pengetahuan yang lebih besar
2.      Dalam pengembangan alternative, usaha individual para anggota kelompok dapat memungkinkan pencarian lebih luas dalam berbagai bidang funsgional organisasi
3.      Dalam pemilihan alternative kelompok lebih dapat menerima resiko disbanding pembuat keputusan invidua;
4.      Dalam penilaian alternative, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar
Kelemahan :
1.      Berdasarkan pertimabnagn nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi keputusan kelompok sangat memakan biaya
2.      Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efisien bila keputusan harus dibuat dengan cepat
3.      Keputusan kelompok dalam berbagai kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok
4.      Bila atasan terlilbat, atau salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan, keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.

     4.7  Membangun Konsep

     Konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak.
Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan      pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak. Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni :

1.      siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle),
2.       siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle using prototyping)
3.       siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle)
Dalam rekayasa perangkat lunak konsep SDLC mendasari banyak jenis metodologi pengembangan perangkat lunak . Metodologi ini membentuk kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian penciptaan sistem informasi yaitu proses pengembangan perangkat lunak .
Ø  Model Siklus Hidup Pengembangan Sistem
     Pengembangan Sistem siklus hidup (SDLC), atau proses pengembangan perangkat lunak dalam rekayasa sistem , sistem informasi dan rekayasa perangkat lunak adalah proses menciptakan atau mengubah sistem informasi, dan model dan metodologi yang digunakan orang untuk mengembangkan sistem ini.


     4.8  Model Pendukung Pengambilan Keputusan 

     Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan manajemen dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang komplek, serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem yang memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung pengambilan keputusan yang semi atau tidak terstruktur. DSS menyajikan kepada pengguna satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk analisis data penting. Dengan kata lain, DSS menggabungkan sumber daya intelektual seorang individu dengan kemampuan komputer dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. DSS diartikan sebagai tambahan bagi para pengambil keputusan, untuk memperluas kapabilitas, namun tidak untuk menggantikan pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusannya.
Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan Data-driven DSS. Jenis DSS yang pertama merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri terpisah dari sistem informasi organisasi secara keseluruhan. DSS ini sering dikembangkan langsung oleh masing-masing pengguna dan tidak langsung dikendalikan dari divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini umumnya dikembangkan berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian dikombinasikan dengan tampilan pengguna yang membuat model ini mudah untuk digunakan.

Jenis DSS yang kedua, data-driven DSS, menganalisis sejumlah besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem informasi organisasi. DSS ini membantu untuk proses pengambilan keputusan dengan memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dari data yang tersimpan di dalam database yang besar. Banyak organisasi atau perusahaan mulai membangun DSS ini untuk memungkinkan para pelanggannya memperoleh data dari website-nya atau data dari sistem informasi organisasi yang ada.





Sistem Kelompok Pendukung Pengambilan Keputusan - Group Decision Support Systems (GDSS)

GDSS merupakan sistem berbasis komputer yang interaktif untuk memudahkan pencapaian solusi oleh sekelompok pengambil keputusan atas permasalahan yang sifatnya tidak terstruktur. GDSS dikembangkan untuk menjawab tantangan terhadap kualitas dan efektivitas pengambilan keputusan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang (kelompok orang). Permasalahan yang perlu digarisbawahi untuk pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekelompok orang antara lain adalah banyaknya para pengambil keputusan, waktu yang harus dialokasikan, dan meningkatnya peserta yang ada. GDSS memberikan dukungan pada pemecahan masalah dengan menyediakan suatupengaturan yang mendukung komunikasi bagi anggota yang tergabung dalam kelompok. Gambar 3-4 di bawah ini menunjukkan empat kemungkinan pengaturan GDSS yang didasarkan pada ukuran kelompok dan lokasi para anggotanya.
Penggunaan GDSS mampu untuk mengatasi berbagai masalah atau potensi masalah yang mungkin akan timbul. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan GDSS ini, antara lain adalah:
1.      Meningkatkan perencanaan awal, yaitu untuk membuat diskusi atau pertemuan menjadi lebih efektif dan efisien.

2.      Meningkatkan partisipasi, sehingga setiap peserta dari berbagai latar belakang dapat memberikan kontribusinya dengan optimal.

3.      Menciptakan iklim yang lebih terbuka dan kolaboratif, yaitu tanpa membuat pihak yang tingkatannya lebih rendah merasa takut dan terancam. Dan juga tidak membuat pihak yang tingkatannya lebih tinggi mendominasi jalannya suatu rapat, pertemuan/meeting.

4.      Setiap ide yang ditawarkan bebas dari kritik, memungkinkan peserta rapat, pertemuan/meeting mengkontribusikan ide atau pendapatnya tanpa takut untuk dikritik.

5.      Evaluasi yang objektif, menciptakan atmosfir di mana suatu ide akan dievaluasi secara objektif dan tidak memandang siapa yang memberikan ide tersebut.

6.      Menghasilkan ide organisasi, yaitu bagaimana tetap memfokuskan pada tujuan rapat, pertemuan/meeting, mencari cara yang paling efisien untuk mengorganisir ide yang dihasilkan dalam sesi brainstorming, dan mengevaluasi ide dalam batasan waktu yang paling sesuai.
Sistem Pakar - Expert Systems (ES)
Para ahli atau pakar biasanya memiliki pengetahuan (knowledge) dan pengalaman khusus untuk masalah tertentu. Mereka paham betul alternatif pemecahan, kemungkinan keberhasilannya, serta keuntungan dan kerugian yang mungkin timbul. Mereka biasanya digunakan oleh instansi untuk memberi nasehat atas masalah tertentu, seperti pada Departemen Pertahanan masalah pembelian peralatan militer yang teknologinya canggih, penyelesaian tuntutan pembubaran Bisnis TNI, perampingan/reorganisasi departemen, dan strategikomunikasi dengan media massa. Makin tidak terstruktur masalahnya, makin spesialis nasehat yang dibutuhkan dari mereka.
Expert systems (ES) mencoba untuk meniru pengetahuan pakar tersebut. Sistem ini biasanya digunakan jika organisasi harus memberikan keputusan atas suatu masalah yang kompleks. Secara khusus, ES adalah paket komputer untuk memecahkan atau mengambil keputusan atas suatu masalah spesifik atau terbatas, yang kemampuan pemecahannya dapat sama atau melebihi suatu tingkat kemampuan seorang pakar.
ES bisa dibagi dalam dua bagian: lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan digunakan oleh pengembang ES untuk membangun komponen komponen ES dan menempatkan pengetahuan (knowledge) pada basis pengetahuan (knowledge base). Lingkungan konsultansi digunakan oleh non-pakar untuk memperoleh pengetahuan dan nasehat para pakar yang disimpan di sistem.
Tiga komponen utama yang biasanya ada dalam ES adalah basis pengetahuan, mesin inferensi (inference engine), dan tampilan pengguna (user interface).

     4.9  Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar
     Secara umum, sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar. Dengan sistem pakar ini, orang awam pun dapat menyelesaikan masalahnya atau hanya sekedar mencari suatu informasi berkualitas yang sebenarnya hanya dapat diperoleh dengan bantuan para ahli di bidangnya. Sistem pakar ini juga akan dapat membantu aktivitas para pakar sebagai asisten yang berpengalaman dan mempunyai asisten yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan. Dalam penyusunannya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan (inference rules) dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tertentu.
Komponen utama pada struktur sistem pakar menurut Hu et al (1987) meliputi:
1. Basis Pengetahuan (Knowledge Base)
Basis pengetahuan merupakan inti dari suatu sistem pakar, yaitu berupa representasi pengetahuan dari pakar. Basis pengetahuan tersusun atas fakta dan kaidah. Fakta adalah informasi tentang objek, peristiwa, atau situasi. Kaidah adalah cara untuk membangkitkan suatu fakta baru dari fakta yang sudah diketahui.
2. Mesin Inferensi (Inference Engine)
Mesin inferensi berperan sebagai otak dari sistem pakar. Mesin inferensi berfungsi untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi, berdasarkan pada basis pengetahuan yang tersedia. Di dalam mesin inferensi terjadi proses untuk memanipulasi dan mengarahkan kaidah, model, dan fakta yang disimpan dalam basis pengetahuan dalam rangka mencapai solusi atau kesimpulan. Dalam prosesnya, mesin inferensi menggunakan strategi penalaran dan strategi pengendalian. Strategi penalaran terdiri dari strategi penalaran pasti (Exact Reasoning) dan strategi penalaran tak pasti (Inexact Reasoning). Exact reasoning akan dilakukan jika semua data yang dibutuhkan untuk menarik suatu kesimpulan tersedia, sedangkan inexact reasoning dilakukan pada keadaan sebaliknya.Strategi pengendalian berfungsi sebagai panduan arah dalam melakukan prose penalaran. Terdapat tiga tehnik pengendalian yang sering digunakan, yaitu forward chaining, backward chaining, dan gabungan dari kedua teknik pengendalian tersebut.
3. Basis Data (Data Base)
Basis data terdiri atas semua fakta yang diperlukan, dimana fakta fakta tersebut digunakan untuk memenuhi kondisi dari kaidah-kaidah dalam sistem. Basis data menyimpan semua fakta, baik fakta awal pada saat sistem mulai beroperasi, maupun fakta-fakta yang diperoleh pada saat proses penarikan kesimpulan sedang dilaksanakan. Basis data digunakan untuk menyimpan data hasil observasi dan data lain yang dibutuhkan selama pemrosesan.
4. Antarmuka Pemakai (User Interface)
Fasilitas ini digunakan sebagai perantara komunikasi antara pemakai.dengan komputer.
Keuntungan Sistem Pakar
Secara garis besar, banyak manfaat yang dapat diambil dengan adanya sistem pakar, antara lain :
1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.
2. Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis.
3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
4. Meningkatkan output dan produktivitas.
5. Meningkatkan kualitas.
6. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar (terutama yang termasuk keahlian langka).
7. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya.
8. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan.
9. Memiliki reabilitas.
10. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer.
           
Kelemahan Sistem Pakar
Di samping memiliki beberapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal.
2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan pakar di bidangnya.
3. Sistem Pakar tidak 100% bernilai benar.









DAFTAR PUSTAKA:

Sistem Informasi Manajemen/Raymond McLeod, Jr., George P, Schell . Edisi Kesepuluh-Jakarta: Salemba Empat, 2008

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/01/pendekatan-sistem-dalam-memecahkan-masalah-dan-membuat-keputusan-4/

Johnson, Kast & Rsenzweig. (1973). The Teory And Management Od Systems.
Washington : Graduate School of Business Administrasi University of Washington.
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_11185/title_proses-pembuatan-keputusan/ 
https://fairuzelsaid.wordpress.com/2013/12/16/siklus-hidup-pengembangan-sistem-informasi/